Tuesday, September 17, 2013

Okay, I'm stop listening

Ketika kamu mulai bosan dengan kata-kata, kalimat tanpa nyata
Mungkin baiknya kamu berhenti mendengar

Monday, September 16, 2013

Perempuan Pemakan Kerupuk

Dan perempuan itu masih mengunyah. Mengunyah kerupuk pertama yang dipegangnya.
Gurih tapi tak lekat.
Tak punya pilihan, dibiarkannya tangan kanannya menyuapi mulut dan memuaskan lapar batin dengan potongan kerupuk.
Garing tapi alot di ujungnya.
Melempem, Masuk angin, Ujarnya.
Kerupuk putih, seperti putih seprei kamar hotel yang ia tiduri sejak semalam.
Kerupuk putih yang dikunyah di atas kasur putih.
Kerupuk putih dikunyah sambil menatap awan putih menggumpal yang membuatnya enggan beranjak.
Sebentar lagi hujan, ujarnya.
Mengunyah kosong kerupuk terisi angin.
Sesekali mengusap mata, kantuk atau sedih?
Sedih karena hanya bisa mengunyah kerupuk?
Tak juga
Aku masih mampu membeli makanan selain kerupuk, tapi aku tak mau, ujarnya lagi
Aku terlalu cinta pada kerupuk, tak bisa makan tanpa kerupuk.
 

Maaf...
"Maaf karena aku cuma bisa memberimu kerupuk"
Lelaki di seberang sana mengiriminya pesan singkat yang ia tunjukan di ponselnya.
Ini kerupuk, tapi ini cinta
Katanya
Ringan, alot tapi ini cinta
"Aku memakannya, tapi diam-diam mengharap kerupuk yang kumakan bukan kerupuk kosong, melompong seperti omong kosong tentang cinta yang kosong"
Argumen santainya
Masih sambil berusaha mengunyah
Kerupuk keduanya
Yang sama
ALOT

Prakiraan Cuaca Kira-Kira

Aku menanti hujan. 
Hujan yang tak pasti. 
Prakiraan cuaca tadi pagi hanya memberitakan bahwa kotaku berawan seharian ini. 
Yang ada terik, tak ada awan. Seolah matahari menertawai ramalan yang dikira-kira paginya. 
Malam ini aku melihat kilat, cahaya berkejaran, udara pengap dan angin tanda hujan. 
Tapi tak nampak titiknya. 
Entah benar hujan atau hanya berawan menyetujui ramalan kira-kira. 
Ekspektasi tak senyawa Realitas, kataku.

Maaf, di sini tidak jual kebahagiaan

Maaf saya tidak menjual kebahagiaan.
Kalau saudara cari kebahagiaan silahkan cari dan beli di warung sebelah.
Kalau di sebelah tak ada, saudara bisa mencarinya grosiran di pasar pusat.
Di sana ada kebahagiaan dengan banyak ragam, warna juga rasa.
Saudara bisa mencari satu, selusin atau sekodi.
Stok kebahagiaan saya sudah habis.
Boro-boro saya jual ke saudara,
Buat saya sendiri, saya cuma punya sisa sesendok untuk saya seduh.
Saya minum meski tak berasa pekat kebahagiaan, cuma ada manisnya di ujung lidah.
 

Untuk itu,
Permisi, warung saya mau saya tutup.
Awan sudah gelap, mau hujan.
Silahkan cari saya di tempat yang saya bilang ke saudara tadi, warung saya tidak jual kebahagiaan lagi, mau saya tutup lalu saya mau berdoa banyak-banyak, barangkali, awan gelapnya benar-benar pertanda hujan.
Hujan kebahagiaan, mau saya tadah biar saya bisa berjualan.
Berjualan kebahagiaan, saya bagi untuk saudara, dan saya seduh sendiri, hitam pekat, manis kebahagiaan.