Monday, September 16, 2013

Perempuan Pemakan Kerupuk

Dan perempuan itu masih mengunyah. Mengunyah kerupuk pertama yang dipegangnya.
Gurih tapi tak lekat.
Tak punya pilihan, dibiarkannya tangan kanannya menyuapi mulut dan memuaskan lapar batin dengan potongan kerupuk.
Garing tapi alot di ujungnya.
Melempem, Masuk angin, Ujarnya.
Kerupuk putih, seperti putih seprei kamar hotel yang ia tiduri sejak semalam.
Kerupuk putih yang dikunyah di atas kasur putih.
Kerupuk putih dikunyah sambil menatap awan putih menggumpal yang membuatnya enggan beranjak.
Sebentar lagi hujan, ujarnya.
Mengunyah kosong kerupuk terisi angin.
Sesekali mengusap mata, kantuk atau sedih?
Sedih karena hanya bisa mengunyah kerupuk?
Tak juga
Aku masih mampu membeli makanan selain kerupuk, tapi aku tak mau, ujarnya lagi
Aku terlalu cinta pada kerupuk, tak bisa makan tanpa kerupuk.
 

Maaf...
"Maaf karena aku cuma bisa memberimu kerupuk"
Lelaki di seberang sana mengiriminya pesan singkat yang ia tunjukan di ponselnya.
Ini kerupuk, tapi ini cinta
Katanya
Ringan, alot tapi ini cinta
"Aku memakannya, tapi diam-diam mengharap kerupuk yang kumakan bukan kerupuk kosong, melompong seperti omong kosong tentang cinta yang kosong"
Argumen santainya
Masih sambil berusaha mengunyah
Kerupuk keduanya
Yang sama
ALOT

No comments:

Post a Comment