Tuesday, August 27, 2013

Saya Menyebutnya Patah Hati



Saya menyebutnya patah hati,
Ketika sekedar mengingat bagaimana tiap sore dia dengan rutin beralih menjadi tukang kebun pribadi di rumah kami, saya pun menirunya, meniru tapi tak sama, meniru memori darinya untuk yang mengenalnya atau mungkin saya hanya meniru untuk mengobati hati saya sendiri atau untuk menahan air mata yang tidak terbendung dan membuat saya bisa dengan mudahnya menangis ketika berjalan atau terdiam.

Saya menyebutnya patah hati,
Dimana sampai saat ini pasangannya masih tersenyum ketika sekedar mengingat bagaimana dia senang mencicipi kue buatan pasangannya, sembunyi-sembunyi mengambil dan memberikannya ke tetangga yang akrab dengannya atau rutinitas teh paginya, saya mendengar dan menjadi pendengar yang ikut tersenyum serta mengamini.

Saya menyebutnya patah hati,
Ketika sampai hari ini masih banyak yang membicarakan tentangnya, cara dia bercanda, tak pernah mengucap kata tak bisa ketika orang lain meminta pertolongannya atau hal memilukan tentang bagaimana dia, gerak geriknya di masa menjelang dia pergi, satu jam, dua jam sebelumnya dia masih bisa membagi canda dan saya tak di sana, saya cuma bisa menahan isak, tersenyum dan berkata, betapa mereka mencintai dan merindukanmu.

Saya menyebutnya patah hati,
Ketika hingga hari terakhirnya, saya cuma sempat mengucap sayang padanya di tempat dia beristirahat.

Saya menyebutnya patah hati,
Bahkan ketika saya pun ingin menjadi kuat dan menjadi pemimpin, saya masih bisa menangis dan merengek seperti putri manjanya belasan tahun silam yang selalu merajuk padanya bahkan di depan pasangannya.

Hati saya patah, meski tak sepatah pasangannya.
Hati saya patah, meski hanya punya sesal.
Hati saya patah, bahkan kata move on saya kesampingkan.
Hati saya patah, sampai saya terduduk dan membuat catatan ini tentangnya,
84 hari bukan waktu yang panjang atau pendek untuk menyambung hati yang patah.
Tapi semua memori akan menyambungnya.

Thank you and I hope you're happy there Ayah...


Jimbaran, duatiga noltujuh duapuluhsatutiga
 

No comments:

Post a Comment