Monday, February 29, 2016

Berdoa [meracau]

Aku diminta untuk bersujud, berdoa meminta petunjuk.
Tapi yang bisa kulakukan hanya berbisik di bawah bantal, meracau.
Karena dari semua doa diam-diamku, tak pernah ada jawaban. Apakah doaku tidak sungguh-sungguh untukmu?
Bukannya aku mencandu hal yang tak normatif, aku merasa aku tak seperti itu, hanya saja itu menempel di diriku selayaknya nafas.
Apa aku memilih itu? Mungkin ya.
Tapi aku tahu bahwa dirimulah yang menuliskan catatan tentang jalanku jauh hari sebelum aku ada.
Pertanyaanku, jika dirimulah yang membuat catatan tentangku, kenapa tak membuatnya sederhana saja, sehingga aku tak perlu meracau padamu, mempertanyakan apa benar adanya dirimu, apa benar aku harus meminta petunjuk kepadamu, sementara kau yang merencanakan lakonan itu di hidupku.
Jadi, kepada siapa aku harus bertanya? Berhakkah kau memberiku petunjuk?

Monday, February 22, 2016

Cuci Otak (Lagi)

Sepertinya aku akan kembali (butuh) cuci otak

Frau | Sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa

Sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa.
Sepertinya akan lebih baik bagi kita berlari pergi ke luar angkasa, memuaskan diri bercinta tanpa berebut udara dengan bermiliaran manusia di Bumi.
Bercinta masyuk melihat bintang, bulan dan matahari lebih dekat, tanpa terhalang atmosfer.
Maukah?
Bisakah?

3 Pengantin

Pengantin 1.
Jangan lupa gelar SH, SE, MSc dan Doktormu dicantumkan ke undangan.
Biar teman Ibuku, teman Ayahku tahu aku menikah dengan orang berkepentingan.
Sebar undangan lima ribu,
Supaya semua tahu, biarpun tak kenal satu-satu.
Titip pesan pada penghulu, sebutkan dengan lantang bahwa maharmu tak cuma lima ratus ribu.
Biar anak gadis tetangga tahu, aku dinikahi anak orang mampu dan mereka mengikuti jejakku.

Pengantin 2.
Rapikan sanggul rambutku, buat terlihat mewah.
Karena aku sudah jauh menyebrang benua menuju pulau yang katanya pulau surga, hanya untuk menikah.
Matahari terbenam, altar di atas tebing menatap laut, dekorasi kekinian.
Semua harus sempurna, karena kami menabung dua tahun, bukan cuma ingin punya pesta yang menjadi kebiasaan.
Pesta, pesta!!!

Pengantin 3.
Kusampaikan pada ayah, aku menikah bukan karena latah.
Aku memilih dia, karena katanya jika itu jodohmu, maka ketika mengiyakan akan terasa mudah.



Tanya

Jika pertanyaan telah menemui jawaban.
Cukup kah dengan itu saja?

Thursday, October 22, 2015

Kapan Kawin?

Kapan kawin?
Tabu kalau tak kawin-kawin,
karena ketika ditanya kapan kawin, doa diam-diam tak cukup dijawab dengan kata amin.
Karena Lebaran ada setiap tahun,
pertanyaan kapan kawin sudah baku dan menahun.

Konon tak kawin lama-lama jadi lapuk,
karena Ibumu bosan menjawab pertanyaan berisik tetangga yang mengetuk.

Kapan kawin?
Kamu tertinggal dengan mereka yang beranak dua
Kejar, kamu harus mengejar supaya tak keburu tua.
Karena kalau sudah tua dan tak kawin, kamu terus jadi bahan cerita para tetua.

Kapan kawin?
Kapan nikah?
Kapan punya anak?
Kapan anakmu punya adik?
Kapan selingkuh?
Atau kapan cerai?
Kapan mati?

Paman
Bibi
Bude
Pakde
Sepupu
Teman
Kakak
Adik
Semua seragam bertanya
Kapan kawin? Kawin, sudah?
Hanya ayah yang diam tak bertanya, tak bersuara.
Karena suaranya tertutup batu nisan di bawah tanah.

Kopi Kultur, Rumah Sanur.
211015